Selasa, 05 Maret 2013

Analisis Teori Jean Piaget dan Lev Vigotsky



Jean Piaget
Perkembangan kognitif pada anak-anak terjadi melalui urutan yang berbeda. Tahapan ini membantu menerangkan cara anak berpikir, menyimpan informasi dan beradaptasi dengan lingkungannya. Menurut Jean Piaget dalam buku perkembangan dan kepribadian anak (Paul henry Mussen dkk. 1984, h. 201) mengemukakan bahwa tahapan perkembangan kognitif anak dibagi menjadi 4 tahapan yaitu:
1)         Tahap Sensori Motor (0-2 Tahun)
Selama tahap sensorimotor, pertumbuhan kognitif didasarkan pada tindakan panca indera dan motorik. Dimulai dengan tindakan yang terutama berbentuk reaksi refleks, bayi itu berkembang melalui enam tahapan di mana tindakan untuk mencapai tujuan meningkat secara menyolok. Dalam tahap terakhir dari periode sensorimotor, anak itu membentuk gambaran mental, dapat meniru tindakan orang lain yang telah lalu, dan merancang arti baru dari pemecahan persoalan dengan menggabungkan skema yang didapat sebelumnya dengan pengetahuan secara mental. Dalam periode singkat dari 18 bulan atau 2 tahun, ”anak itu telah mengubah diirnya dari sebuah organisme yang sama sekali tergantung pada refleks dan sifat bawaan lainnya menjadi orang yang mampu berpikir secara simbolik” (Ginsburg & Opper, 1979, p. 83).
2)         Tahap Pra-Operasional Kongkrit (2-6 Tahun)
Manipulasi simbol, termasuk kata-kata merupakan karakteristik penting dari tahap praoperasional. Hal ini dinyatakan dalam meniru yang tertunda (menghasilkan suatu tindakan yang telah dilihat di masa lalu) dan dalam imajinasi anak-anak atau pura-pura bermain (Piaget, 1951). Seorang anak usia 2 tahun dapat meniru pergerakan barisan atau loncatan yang dilihatnya kemarin. Dalam suatu permainan ia akan menggunakan benda sebagai simbol benda lain: Sebuah kotak dapat digunakan sebagai tempat tidur, meja, kursi, mobil, kapal terbang, atau kereta bayi. Anak-anak ini telah fasih menggunakan tanggapan simbolik. Karena pengetahuan bahasa mereka berkembang pesat selama periode ini, kemampuan untuk menggunakan penggambaran simbolik dalam berpikir, memecahkan masalah dan permainan kreatif yang lebih dipertinggi lagi dalam tahun-tahun berikutnya.
Walaupun demikian cara berpikir anak dalam tahap praoperasional terbatas dalam beberapa hal yang penting. Menurut Piaget karakteristiknya ialah egosentris; anak praoperasional mempunyai kesulitan untuk membayangkan bagaimana benda-benda itu terlihat dari perspektif orang lain. Piaget merancang model dari tiga gunung yang seringkali dipakai untuk mempelajari egosentrisme. Batasan lainnya dalam pikiran anak-anak praoperasional dapat dimengerti paling baik dengan mengamati perubahan yang terjadi bila mereka memasuki tahap operasi konkret.
3)         Tahap Operasional Konkret (7-12 tahun)
Pada tahap ini anak telah mencapai kemampuan untuk melakukan operasi mental yang fleksibel dan dapat diputar balik sepenuhnya. Anak-anak pada tahap ini mengerti peraturan dasar logis tertentu (disebut grouping oleh Piaget) dan karenanya mampu berpikir secara logis dan kuantitatif dengan cara yang tidak kelihatan dalam tahap praoperasional. Anak-anak pada tahap operasi konkret bergerak bebas dari satu pandangan ke yang lain; jadi mereka mampu berperilaku obyektif dalam mengkaji kejadian.
Berikut ini adalah empat tahapan kemampuan yang dimiliki anak pada usia 7-12 tahun (pada tahap operasi konkret):
a)         Desentrasi dan Konservasi.
Kemampuan untuk memusatkan perhatiannya pada beberapa atribut sebuah benda atau kejadian secara bersamaan dan mengerti hubungan antardimensi. Dalam percobaan konservasi jumlah yang khas, satu barisan yang terdiri dari lima kancing berjajar tepat di atas barisan lain yang juga terdiri dari lima kancing, sehingga kedua barisan sama panjangnya. Anak itu setuju bahwa kedua barisan mempunyai jumlah kancing yang sama. Bila salah satu barisan diperpendek dengan merapatkan kancing-kancing itu satu sama lain, anak tahap praoperasional biasanya mengatakan bahwa barisan yang lebih panjang mempunyai lebih banyak kancing. Anak tahap operasional konkret mengetahui bahwa pengaturan kembali dari kancing tidak mengubah jumlahnya.
Menurut Piaget anak-anak tahap operasi konkret mengerti masalah konservasi karena mereka dapat melaksanakan operasi mental yang diputarbalikkan dan mereka juga mengerti dua prinsip logika yang penting. Prinsip pertama, disebut identitas atau prinsip ekuivalen, yang menunjukkan bahwa bila ukuran A sama dengan B (misalnya panjangnya), dan B sama dengan C, maka seharusnya A adalah sama dengan C. Seseorang tidak perlu mengukur A dan C untuk mengetahui kebenarannya. Prinsip kedua, ialah bahwa benda dan kejadian mempunyai lebih dari satu dimensi, misalnya berat dan ukuran, dan dimensi ini mungkin terdiri dari hubungan yang berbeda-beda. Anak mengetahui bahwa sebuah batu kerikil itu kecil dan ringan, sebuah bola boling: kecil dan berat, sebuah balon besar walaupun ringan, mobil besar dan berat.

b)        Seriasi
Karakteristik lain dari tahap operasional konkret ialah kemampuan untuk mengatur benda sesuai dengan beberapa dimensi kuantitatif seperti berat atau ukuran. Kemampuan ini disebut seriasi. Seorang anak usia 8 tahun dapat mengatur delapan tongkat dengan panjang yang berbeda dengan urutan terpendek sampai terpanjang. Seriasi menggambarkan kemampuan anak akan logis lain yang penting disebut transitivitas, yang menyatakan bahwa terdapat hubungan tetap yang tertentu di antara kualitas dari benda. Misalnya A lebih panjang dari B dan B lebih panjang dari C, maka A harus lebih panjang dari C. Anak-anak dalam tahap operasi konkret mengetahui berlakunya peraturan itu bahkan juga bila mereka tidak pernah melihat benda A, B dan C. Kemampuan yang oleh Piaget disebut seriasi penting untuk mengerti hubungan satu nomor dengan yang lain dan karenanya untuk mempelajari ilmu hitung.
c)         Pemikiran Relasional
Anak tahap operasional konkret menghargai istilah seperti lebih tinggi, lebih pendek, dan lebih gelap daripada besar absolut. Anak yang lebih kecil berpikir dalam istilah absolut dan menginterpretasikan lebih gelap dengan arti ”sangat gelap” daripada ”lebih gelap dari benda lain”. Bila pada mereka diperlihatkan dua benda warna cerah, salah satu di antaranya sedikit lebih gelap, dan mereka diminta untuk mengambil benda yang lebih gelap, maka mereka mungkin tidak menjawab atau mereka akan berkata bahwa tidak ada yang lebih gelap. Berpikir relasional merupakan gambaran lain dari kemampuan untuk menimbang lebih dari satu kejadian secara bersamaan karena ia membutuhkan perbandingan dari dua benda atau lebih.
d)        Inklusi Kelas
Anak tahap operasional konkret dapat berpikir secara bersamaan tentang bagian dan keseluruhan. Bila pada seorang anak usia 8 tahun diperlihatkan delapan permen kuning dan empat permen coklat dan ditanya, ”Apakah terdapat lebih banyak permen kuning atau coklat?” anak itu menjawab, ”terdapat lebih banyak permen”. Demikian juga seorang anak yang berusia 5 tahun yang diberi persoalan yang sama biasanya akan berkata, ”lebih banyak permen kuning”. Jawaban ini menurut Piaget mencerminkan ketidakmampuan anak kecil untuk memikirkan tentang sebagian dan keseluruhan secara bersama-sama.
Pengertian anak tentang pemasukan kelas menggambarkan prinsip logis bahwa terdapat hubungan hirarki antar golongan. Anak operasional konkret menghargai bahwa beberapa himpunan golongan saling sesuai dengan yang lain. Misalnya, semua jeruk termasuk golongan buah-buahan, semua buah-buahan tergolong dalam makanan, dan semua makanan termasuk dalam golongan yang lebih besar barang-barang yang dapat dimakan. Pertama, anak dapat mengerjakan sebuah operasi dan secara mental memisahkan setiap golongan benda dan menggabungkannya kembali. Golongan makanan terdiri dari semua barang yang dapat dimakan, termasuk buah yang dapat dimakan dan semua makanan lain yang bukan merupakan buah-buahan. Kedua, anak operasi konkret menyadari bahwa sifat khusus dari benda dapat termasuk lebih dari satu golongan atau lebih dari satu hubungan pada satu saat, sebuh prinsip yang disebut penggandaan kelas atau relasi. Anak-anak menghargai bahwa pisang dapat termasuk bersama-sama dalam golongan makanan alamiah dan golongan makanan manis, sedang roti termasuk golongan makanan buatan dan golongan tepung.
Walaupun anak-anak operasional lebih maju dari tahap praoperasional dalam berpikir, pemecahan masalah dan logika, pemikiran mereka tetap terbatas pada di sini dan sekarang (here and now) dari operasional konkret. Pada tingkat ini anak-anak menjaga kuantitas dan jumlah, dapat menyusun dan menggolongkan benda nyata dan benda lain. Namun mereka tidak dapat berpikir tentang hal abstrak, hipotetik atau kejadian semu. Selanjutnya, walaupun mereka dapat menyusun serangkaian kotak menurut ukuran, mereka mendapat kesulitan dalam memecahkan masalah lisan yang abstrak seperti, ”Ani lebih tinggi dari Lidwin. Lili lebih pendek dari Lidwin. Siapa yang paling tinggi?”.
4)         Tahap Operasional Formal (12 tahun ke atas)
Dalam tingkatan paling lanjut dari perkembangan kognitif mulai sekitar usia 12 tahun dan berlangsung sampai dewasa, pembatasan tahap operasi konkret dapat dilampaui. Manusia menggunakan berbagai variasi operasi kognitif dan strategi dalam memecahkan masalah. Mereka sangat cakap dan fleksibel dalam pemikiran dan pencarian alasan serta dapat melihat benda dari sejumlah perspektif atau sudut pandangan lain (Ginsburg & Opper, 1979). Pemikiran orang dewasa lebih kompleks daripada remaja, dan bidang kemampuan kecerdasan serta keaktifannya lebih besar.
Salah satu ciri yang terlihat jelas dalam tahap ini ialah perkembangan dari kemampuan untuk berpikir tentang masalah-masalah hipotesis maupun yang nyata, dan berpikir tentang kemungkinan-kemungkinan seperti juga yang aktual. Anak yang ada dalam tahap operasi konkret secara mental memanipulasi benda dan kejadian; dalam tahap operasi formal, anak itu dapat memanipulasi gagasan tentang situasi hipotesis.
Lev Vygotsky
Dalam konsep yang berbeda, Vygotsky menyatakan bahwa manusia dilahirkan dengan seperangkat fungsi kognitif dasar yakni kemampuan memperhatikan, mengamati, dan mengingat (Dworestky, 1990). Kebudayaan akan mentransformasikan kemampuan tersebut dalam bentuk fungsi kognitif yang lebih tinggi, terutama dengan cara mengadakan hubungan bermasyarakat dan melalui proses pembelajaran serta penggunan bahasa. Dalam buku teori perkembangan ( 2007, h. 347), berdasarkan sebuah eksperimen, Vygotsky mengemukakan bahwa anak-anak yang paling muda, antara usia 4 sampai 8 tahun, bertindak seolah-olah mereka bisa mengingat suatu hal. Entah tugas ini sederhana atau sulit, mereka segera melakukannya setelah mendengar instruksi-instruksi tersebut. Ketika para peneliti menawarkan mereka gambar dan kartu untuk membantu mengingat, biasanya mereka mengabaikan bantuan-bantuan itu, atau menggunakannya secara tidak tepat. Anak kecil, simpul Vygotsky, ”tidak tahu kapasitas dan keterbatasan mereka” atau bagaimana menggunakan stimuli eksternal untuk membantu mereka mengingat sesuatu (1913b, h.71). Anak-anak yang lebih tua, biasanya 9 sampai 12 tahun, menggunakan gambar-gambar yang ditawarkan Vygotsky, dan bantuan-bantuan ini sungguh menyempurnakan performa mereka. Yang menarik adalah tambahan bagi bantuan-bantuan semacam itu tidak selalu memperbaiki ingatan orang dewasa. Namun hal ini bukan berarti karena mereka telah kembali lagi menjadi seperti anak kecil dan tidak lagi menggunakan alat-alat memori. Lebih tepatnya, ini karena mereka sekarang melatih diri memahami instruksi-instruksi dan membuat beberapa catatan mental bagi diri sendiri, tanpa memerlukan lagi petunjuk-petunjuk eksternal (Vygotsky, 1930, h. 41-45).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar