Jean
Piaget
Perkembangan kognitif pada anak-anak
terjadi melalui urutan yang berbeda. Tahapan ini membantu menerangkan cara anak
berpikir, menyimpan informasi dan beradaptasi dengan lingkungannya. Menurut
Jean Piaget dalam buku perkembangan dan kepribadian anak (Paul henry Mussen
dkk. 1984, h. 201) mengemukakan bahwa tahapan perkembangan kognitif anak dibagi
menjadi 4 tahapan yaitu:
1)
Tahap
Sensori Motor (0-2 Tahun)
Selama tahap
sensorimotor, pertumbuhan kognitif didasarkan pada tindakan panca indera dan
motorik. Dimulai dengan tindakan yang terutama berbentuk reaksi refleks, bayi
itu berkembang melalui enam tahapan di mana tindakan untuk mencapai tujuan
meningkat secara menyolok. Dalam tahap terakhir dari periode sensorimotor, anak
itu membentuk gambaran mental, dapat meniru tindakan orang lain yang telah
lalu, dan merancang arti baru dari pemecahan persoalan dengan menggabungkan
skema yang didapat sebelumnya dengan pengetahuan secara mental. Dalam periode
singkat dari 18 bulan atau 2 tahun, ”anak itu telah mengubah diirnya dari
sebuah organisme yang sama sekali tergantung pada refleks dan sifat bawaan
lainnya menjadi orang yang mampu berpikir secara simbolik” (Ginsburg &
Opper, 1979, p. 83).
2)
Tahap
Pra-Operasional Kongkrit (2-6 Tahun)
Manipulasi
simbol, termasuk kata-kata merupakan karakteristik penting dari tahap
praoperasional. Hal ini dinyatakan dalam meniru yang tertunda (menghasilkan
suatu tindakan yang telah dilihat di masa lalu) dan dalam imajinasi anak-anak
atau pura-pura bermain (Piaget, 1951). Seorang anak usia 2 tahun dapat meniru
pergerakan barisan atau loncatan yang dilihatnya kemarin. Dalam suatu permainan
ia akan menggunakan benda sebagai simbol benda lain: Sebuah kotak dapat
digunakan sebagai tempat tidur, meja, kursi, mobil, kapal terbang, atau kereta
bayi. Anak-anak ini telah fasih menggunakan tanggapan simbolik. Karena
pengetahuan bahasa mereka berkembang pesat selama periode ini, kemampuan untuk
menggunakan penggambaran simbolik dalam berpikir, memecahkan masalah dan
permainan kreatif yang lebih dipertinggi lagi dalam tahun-tahun berikutnya.
Walaupun
demikian cara berpikir anak dalam tahap praoperasional terbatas dalam beberapa
hal yang penting. Menurut Piaget karakteristiknya ialah egosentris; anak
praoperasional mempunyai kesulitan untuk membayangkan bagaimana benda-benda itu
terlihat dari perspektif orang lain. Piaget merancang model dari tiga gunung
yang seringkali dipakai untuk mempelajari egosentrisme. Batasan lainnya dalam
pikiran anak-anak praoperasional dapat dimengerti paling baik dengan mengamati
perubahan yang terjadi bila mereka memasuki tahap operasi konkret.
3)
Tahap
Operasional Konkret (7-12 tahun)
Pada tahap ini
anak telah mencapai kemampuan untuk melakukan operasi mental yang fleksibel dan
dapat diputar balik sepenuhnya. Anak-anak pada tahap ini mengerti peraturan
dasar logis tertentu (disebut grouping oleh Piaget) dan karenanya mampu berpikir
secara logis dan kuantitatif dengan cara yang tidak kelihatan dalam tahap
praoperasional. Anak-anak pada tahap operasi konkret bergerak bebas dari satu
pandangan ke yang lain; jadi mereka mampu berperilaku obyektif dalam mengkaji
kejadian.
Berikut ini
adalah empat tahapan kemampuan yang dimiliki anak pada usia 7-12 tahun (pada
tahap operasi konkret):
a)
Desentrasi
dan Konservasi.
Kemampuan untuk
memusatkan perhatiannya pada beberapa atribut sebuah benda atau kejadian secara
bersamaan dan mengerti hubungan antardimensi. Dalam percobaan konservasi jumlah
yang khas, satu barisan yang terdiri dari lima kancing berjajar tepat di atas
barisan lain yang juga terdiri dari lima kancing, sehingga kedua barisan sama
panjangnya. Anak itu setuju bahwa kedua barisan mempunyai jumlah kancing yang
sama. Bila salah satu barisan diperpendek dengan merapatkan kancing-kancing itu
satu sama lain, anak tahap praoperasional biasanya mengatakan bahwa barisan
yang lebih panjang mempunyai lebih banyak kancing. Anak tahap operasional
konkret mengetahui bahwa pengaturan kembali dari kancing tidak mengubah
jumlahnya.
Menurut Piaget
anak-anak tahap operasi konkret mengerti masalah konservasi karena mereka dapat
melaksanakan operasi mental yang diputarbalikkan dan mereka juga mengerti dua
prinsip logika yang penting. Prinsip pertama, disebut identitas atau prinsip
ekuivalen, yang menunjukkan bahwa bila ukuran A sama dengan B (misalnya
panjangnya), dan B sama dengan C, maka seharusnya A adalah sama dengan C.
Seseorang tidak perlu mengukur A dan C untuk mengetahui kebenarannya. Prinsip
kedua, ialah bahwa benda dan kejadian mempunyai lebih dari satu dimensi,
misalnya berat dan ukuran, dan dimensi ini mungkin terdiri dari hubungan yang
berbeda-beda. Anak mengetahui bahwa sebuah batu kerikil itu kecil dan ringan,
sebuah bola boling: kecil dan berat, sebuah balon besar walaupun ringan, mobil
besar dan berat.
b)
Seriasi
Karakteristik
lain dari tahap operasional konkret ialah kemampuan untuk mengatur benda sesuai
dengan beberapa dimensi kuantitatif seperti berat atau ukuran. Kemampuan ini
disebut seriasi. Seorang anak usia 8 tahun dapat mengatur delapan tongkat
dengan panjang yang berbeda dengan urutan terpendek sampai terpanjang. Seriasi
menggambarkan kemampuan anak akan logis lain yang penting disebut
transitivitas, yang menyatakan bahwa terdapat hubungan tetap yang tertentu di
antara kualitas dari benda. Misalnya A lebih panjang dari B dan B lebih panjang
dari C, maka A harus lebih panjang dari C. Anak-anak dalam tahap operasi
konkret mengetahui berlakunya peraturan itu bahkan juga bila mereka tidak
pernah melihat benda A, B dan C. Kemampuan yang oleh Piaget disebut seriasi
penting untuk mengerti hubungan satu nomor dengan yang lain dan karenanya untuk
mempelajari ilmu hitung.
c)
Pemikiran
Relasional
Anak tahap
operasional konkret menghargai istilah seperti lebih tinggi, lebih pendek, dan
lebih gelap daripada besar absolut. Anak yang lebih kecil berpikir dalam
istilah absolut dan menginterpretasikan lebih gelap dengan arti ”sangat gelap”
daripada ”lebih gelap dari benda lain”. Bila pada mereka diperlihatkan dua
benda warna cerah, salah satu di antaranya sedikit lebih gelap, dan mereka
diminta untuk mengambil benda yang lebih gelap, maka mereka mungkin tidak
menjawab atau mereka akan berkata bahwa tidak ada yang lebih gelap. Berpikir
relasional merupakan gambaran lain dari kemampuan untuk menimbang lebih dari
satu kejadian secara bersamaan karena ia membutuhkan perbandingan dari dua
benda atau lebih.
d)
Inklusi
Kelas
Anak tahap
operasional konkret dapat berpikir secara bersamaan tentang bagian dan
keseluruhan. Bila pada seorang anak usia 8 tahun diperlihatkan delapan permen
kuning dan empat permen coklat dan ditanya, ”Apakah terdapat lebih banyak
permen kuning atau coklat?” anak itu menjawab, ”terdapat lebih banyak permen”.
Demikian juga seorang anak yang berusia 5 tahun yang diberi persoalan yang sama
biasanya akan berkata, ”lebih banyak permen kuning”. Jawaban ini menurut Piaget
mencerminkan ketidakmampuan anak kecil untuk memikirkan tentang sebagian dan
keseluruhan secara bersama-sama.
Pengertian anak
tentang pemasukan kelas menggambarkan prinsip logis bahwa terdapat hubungan
hirarki antar golongan. Anak operasional konkret menghargai bahwa beberapa
himpunan golongan saling sesuai dengan yang lain. Misalnya, semua jeruk
termasuk golongan buah-buahan, semua buah-buahan tergolong dalam makanan,
dan semua makanan termasuk dalam golongan yang lebih besar barang-barang yang dapat
dimakan. Pertama, anak dapat mengerjakan sebuah operasi dan secara mental
memisahkan setiap golongan benda dan menggabungkannya kembali. Golongan makanan
terdiri dari semua barang yang dapat dimakan, termasuk buah yang dapat dimakan
dan semua makanan lain yang bukan merupakan buah-buahan. Kedua, anak operasi
konkret menyadari bahwa sifat khusus dari benda dapat termasuk lebih dari satu
golongan atau lebih dari satu hubungan pada satu saat, sebuh prinsip yang
disebut penggandaan kelas atau relasi. Anak-anak menghargai bahwa pisang dapat
termasuk bersama-sama dalam golongan makanan alamiah dan golongan makanan
manis, sedang roti termasuk golongan makanan buatan dan golongan tepung.
Walaupun
anak-anak operasional lebih maju dari tahap praoperasional dalam berpikir,
pemecahan masalah dan logika, pemikiran mereka tetap terbatas pada di sini dan
sekarang (here and now) dari operasional konkret. Pada tingkat ini
anak-anak menjaga kuantitas dan jumlah, dapat menyusun dan menggolongkan benda
nyata dan benda lain. Namun mereka tidak dapat berpikir tentang hal abstrak,
hipotetik atau kejadian semu. Selanjutnya, walaupun mereka dapat menyusun
serangkaian kotak menurut ukuran, mereka mendapat kesulitan dalam memecahkan
masalah lisan yang abstrak seperti, ”Ani lebih tinggi dari Lidwin. Lili lebih
pendek dari Lidwin. Siapa yang paling tinggi?”.
4)
Tahap
Operasional Formal (12 tahun ke atas)
Dalam tingkatan
paling lanjut dari perkembangan kognitif mulai sekitar usia 12 tahun dan
berlangsung sampai dewasa, pembatasan tahap operasi konkret dapat dilampaui.
Manusia menggunakan berbagai variasi operasi kognitif dan strategi dalam
memecahkan masalah. Mereka sangat cakap dan fleksibel dalam pemikiran dan
pencarian alasan serta dapat melihat benda dari sejumlah perspektif atau sudut
pandangan lain (Ginsburg & Opper, 1979). Pemikiran orang dewasa lebih
kompleks daripada remaja, dan bidang kemampuan kecerdasan serta keaktifannya
lebih besar.
Salah satu ciri
yang terlihat jelas dalam tahap ini ialah perkembangan dari kemampuan untuk
berpikir tentang masalah-masalah hipotesis maupun yang nyata, dan berpikir
tentang kemungkinan-kemungkinan seperti juga yang aktual. Anak yang ada dalam
tahap operasi konkret secara mental memanipulasi benda dan kejadian; dalam
tahap operasi formal, anak itu dapat memanipulasi gagasan tentang situasi
hipotesis.
Lev
Vygotsky
Dalam konsep yang
berbeda, Vygotsky menyatakan bahwa manusia dilahirkan dengan seperangkat fungsi
kognitif dasar yakni kemampuan memperhatikan, mengamati, dan mengingat
(Dworestky, 1990). Kebudayaan akan mentransformasikan kemampuan tersebut dalam
bentuk fungsi kognitif yang lebih tinggi, terutama dengan cara mengadakan
hubungan bermasyarakat dan melalui proses pembelajaran serta penggunan bahasa.
Dalam buku teori perkembangan ( 2007, h. 347), berdasarkan sebuah eksperimen,
Vygotsky mengemukakan bahwa anak-anak yang paling muda, antara usia 4 sampai 8
tahun, bertindak seolah-olah mereka bisa mengingat suatu hal. Entah tugas ini
sederhana atau sulit, mereka segera melakukannya setelah mendengar
instruksi-instruksi tersebut. Ketika para peneliti menawarkan mereka gambar dan
kartu untuk membantu mengingat, biasanya mereka mengabaikan bantuan-bantuan
itu, atau menggunakannya secara tidak tepat. Anak kecil, simpul Vygotsky,
”tidak tahu kapasitas dan keterbatasan mereka” atau bagaimana menggunakan
stimuli eksternal untuk membantu mereka mengingat sesuatu (1913b, h.71).
Anak-anak yang lebih tua, biasanya 9 sampai 12 tahun, menggunakan gambar-gambar
yang ditawarkan Vygotsky, dan bantuan-bantuan ini sungguh menyempurnakan
performa mereka. Yang menarik adalah tambahan bagi bantuan-bantuan semacam itu
tidak selalu memperbaiki ingatan orang dewasa. Namun hal ini bukan berarti
karena mereka telah kembali lagi menjadi seperti anak kecil dan tidak lagi
menggunakan alat-alat memori. Lebih tepatnya, ini karena mereka sekarang
melatih diri memahami instruksi-instruksi dan membuat beberapa catatan mental
bagi diri sendiri, tanpa memerlukan lagi petunjuk-petunjuk eksternal (Vygotsky,
1930, h. 41-45).